PENDAHULUAN
Seperti yang
kita ketahui, orang eropa menganggap timur sebagai barang temuan mereka. Bahkan
sejak zaman dahulu, timur telah menjadi tempat yang penuh romansa,
mahluk-mahluk eksotik, kenangan, panorama yang indah, dan pengalaman-pengalaman
yang mengesankan. Namun, itu dulu. Saat ini, timur telah mengalami perubahan.
Kisahnya telah usang. Masanyapun juga telah usai.
Meski demikian,
hal ini bukan berarti bahwa timur lepas dari “dominasi eropa. Saat ini, timur
memang tidak lagi menanggung penderitaan atas apa yang ditulis Chateaubriand
dan Nerval, namun apa yang mereka tulis seolah masih menyisakan jejak-jejak
kekuatan yang mampu mempengaruhi orang-orang eropa dalam memandang timur. Hal
ini terlihat jelas dalam diri wartawan perancis itu. Bagi seorang wartawan,
yang terpenting adalah representasi (khas) eropa terhadap timur dan nasibnya;
sebuah representasi yang nantinya diharapkan member makna komunal bagi dirinya
sendiri dan para pembaca perancisnya.
Sebaliknya,
pemahaman amerika tentang timur tampak jauh lebih longgar daripada perancis dan
inggris (meskipun saat berada dijepang, korea dan indo-china, saya telah
berusaha menumbuhkan kesadaran tentang “Dunia Timur” yang lebih jernih dan
realistis). Bahkan peran politik dan ekonomi Amerika yang semakin meluas
ditimur dekat (Timur Tengah) telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pemahaman kita tentang Dunia Timur saat ini.
A.
Ruang Lingkup Orientalisme
Menurut
Edward Said, orientalisme memiliki beberapa fase definisi yang berbeda beda
sesuai dengan perkembangan gerakan orientalisme itu sendiri:
- Pada fase pertama orientalisme, Edward Said mendefinisikannya sebagai, “Suatu cara untuk memehami dunia Timur, berdasarkan tempatnya yang khusus dalam pengalaman manusia Barat Eropa.” Definisi ini masih sangat global dan luas, dimana orang-orang Barat masih dalam tahap pencarian dan pemahaman tentang dunia Timur.
- Pada fase kedua Edward Said mendefinisikan orientalisme sebagai “Suatu gaya berfikir yang berdasar pada perbedaan ontologis dan epistemologis yang dibuat antara ‘Timur’ (the Orient) dan ‘Barat’ (the Occident)”. Perbedaan ontologis dan epistemolois yang di maksud dalam definisi Edward meliputi seluruh bidang kehidupan, baik politik, ekonomi, budaya, etika, gaya hudup dan lainnya, dengan memakai metode akademis dan gaya ilmiah. Pada tahap ini orientalisme dengan gaya ilmiahnya mencari titik-titik kelemahan dunia Timur untuk dijadikan acuan perbedaan antara dunia Timur dan Barat, kemudian mengambil yang bermanfaat dari dunia Timur untuk perkembangan dunia Barat. Pada giliranya kajian yang berlabel akademik dan ilmiah itu bermuara pada tuduhan dan penghinaan bahwa dunia Timur adalah primitif dan tidak berperadaban dan harus mengikuti Barat yang berperadaban.
- Pada fase ketiga menurut Edward Said, orientalisme adalah “suatu yang didefinisikan lebih historis dan material dari kedua arti yang telah di terangkan sebelumnya”. Di mulai pada akhir abad ke-18 M. dimana orientalisme dapat dibahas dan dianalisa sebagai lembaga hukum untuk berurusan dengan dunia Timur, dengan membuat pernyataan-pernyataan tentangnya, mengajarinya, menjadikannya sebagai tempat pemukiman, dan memerinthanya. Pendeknya, orientalisme sebagai gaya Barat untuk mendominasi, menata kembali dan menguasai Timur.
- Fase keempat yaitu sekitar abad ke-19 sampai abad ke-20, telah dibuat asumsi bahwa dunia Timur dengan segala isinya, jika bukan secara paten inferior terhadap Barat, maka ia memerlukan kajian koreksif oleh Barat. Dunia Timur dipandang sekan-akan berada dalam wadah berupa ruang kelas, pengadilan pidana, penjara dan manual bergambar. Jadi orientalisme adalah “pengetahuan mengenai dunia Timur yang menempatkan segala sesuatu yang besifat Timur dalam mata pelajaran sekolah, mahkamah, penjara, atau buku-buku pegangan untuk tujuan penelitian, pengkajian, pengadilan, pendisiplinan, atau pemerintahan atasnya”
Kalau
dalam definisi yang dilakukan oleh Edward W. Said Oriental masih dalam makna
dunia Timur secara global, baik itu Timur jauh (the Far Orient) yang meliputi
wilayah China, India, Jepang, Korea dan wilayah Asia Tengggara maupun wilayah
Timur dekat (the near Orient) yang meliputi wilayah Irak, Iran, Syiria,
Lebanon, Arab Saudi, atau yang mencakup seluruh wilayah Arab, belum di pertegas
dengan dunia Timur (Islam).
Kita sebenarnya sudah bisa
memproyeksi ruang lingkup umum pemikiran eropa mengenai timur yang menjadi
warisan intelektual orientalisme selama
periode pertengahan dan renaisans, dimana Islam pada saat itu dianggap sebagai
islam yang esensial. Akan tetapi selama abad XVIII, ada sejumlah unsur baru
yang saling bertaut dan mengisyaratkan datangnya fase evangelis. Garis-garis
besar dalam fase ini kembali dilukiskan oleh faulbert dalam beberapa gagasannya
sebagai berikut.
Pertama, dunia Timur
dianggap sebagai kawasan yang sangat jauh berbeda dengan tanah-tanah Islam.
Anggapan ini sebagian besar dipengaruhi oleh penjelejahan Eropa yang
berkelanjutan dan terus meluas kesebagian besar kawasan di dunia.
Kedua, Sikap yang lebih cerdas
terhadap hal-hal yang asing dan eksotik ternyata tidak hanya dimiliki oleh
penjajah saja, tetapi juga oleh para sejarawan Eropa yang pada waktu itu tidak
saja mampu membandingkan pengalaman eropa dengan peradaban-peradaban lain, tetapi
juga mampu membandingkannya dengan peradaban-peradaban yang lebih tua. Hal ini
sekaligus menjadi pertanda berkembangnya ntropologi sejarah abad XVIII yang
oleh para cendikiawan diilustrasikan sebagai konfrontasi dewa-dewa.
B.
Silvestredesacy dan Ernest Renan:
“Antropologi Rasional dan Laboraturium
Sacy merupakan bapak Orientalisme
yang secara langsung menjadi tumbal pertama karena dalam menerjemahkan
naska-naskah, pragmen-pragmen dan ringkasan-ringkasan. Renan dalah seorang
orientalis yang disepanjang karyanya selalu berusaha mengaitkan timur dengan
disiplin-disiplin komparatif yang mutkhir. Dari Renan inilah, filologi kemudian
muncul sebagai displin yang paling menonjol pada saat itu.
Perbedaan antara Sacy dan Renan
hanyalah soal perayaan dan kesinambungan sementara Sacy adalah pelopor yang
karyanya mampu mencerminkan kemunculan orientalisme untuk pertama kalinya dan
mampu menganngkat status orientaslime sebagai disiplin abad XIX yang berakar
dari dari romantisme revolusioner.
Jika kita mempelajari kehidupan
Silvestre de Sacy, ada dua tema besar yang akan kita temukan: Pertama, Usaha
intelektualnya yang terkenal heroic, dan Kedua, kesadarannya akan manfaat
pedagogis dan rasional dari kajian yang ia lakukan. Dilahirkan pada 1757 dari
keluarga Jensenis yang secara turun-temurun berprofesi sebagai seorang
notaries, Antoine-Isaac-Silvestre- demikian nama Sacy- memperoleh pelajaran
prifat disebuah biara benedict. Di biara ini Sacy mula-mula memperoleh bahasa
arab, Syria, dan Chaldea, kemudian bahasa Ibrani. Bagi sacy bahasa arab
merupakan bahasa yang mampu membuka matanya terhadap dunia Timur. Kenyataan ini
tentu tidak berlebihan mengingat bahasa arab menurut Joseph Reinaud- merupakan
satu-satunya bahasa yang, jika orang menguasainya, akan mampu memahami
materi-materi ketimuran secara komprehensif, baik yang sacral maupun yang
profane, bahkan dalam bentuknya yang paling tua dan paling instruktif
sekalipun.
Orisinalitas genealogis Sacy adalah
bahwa ia telah memperlakukan timur sebagai sesuatu yang harus dipugar, bukan
hanya karena, tapi juga walaupun dengan adanya kekacauan timur modern dan
kehadirannya yang sulit ditangkap. Sacy menempatkan orang-orang Arab di timur
dalam tablo umum pengetahuan modern. Dari sini pula muncul semacam asumsi bahwa
orientalisme merupakan hak kecendikiaan Eropa meskipun bahan bakunya terlebih
dahulu harus diciptakan kembali oleh seorang orientalis sebelum ia naik
panggung dan berjejer dengan latinisme dan hellenisme. Setiap orientalis
menciptakan kembali “Timurnya masing-masing” berdasarkan hokum-hukum dasar
epistemologis untung-rugi yang untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Sacy.
Perbedaan antara sacy dan renan
hanyalah soal peraayaan dan kesinambungan. Sementara sacy adalah pelopor
(originator) yang karyanya mampu mencerminkan kemunculan orientalisme untuk
pertamakalinya dan mampu mengangkat status orientalisme sebagai disiplin abad
XIX yang berakar dari romantisme Revolusioner, maka Renan adalah memantapkan
discourse resmi orientalisme. Mensistematisasi wawasan-wawasan orientalisme,
sekaligus menegakkan pranata-pranata intelektual disiplin tersebut.
Dengan fifiologinya, renan memang
tampak sebagai tokoh orientalis yang independen, tapi ia bukanlah tokoh orisinil
total dan bukan pula tokoh dengan pemilikan mutlak.
C.
Resedensi Timur dan Kecendekiaan :
Tuntutan-tuntutan Leksikografi dan Imajinasi
Leksikologi
adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari kata, sifat dan makna, unsur,
hubungan antarkata (semantis), kelompok kata, serta keseluruhan leksikon. Ilmu
ini terkait erat dengan leksikografi yang juga mempelajari kata, terutama dalam
kaitannya dengan penyusunan kamus. Secara sederhana, leksikografi disebut
sebagai penerapan praktis dari leksikologi.
Pandangan Renan mengenai
kaum semit tentu saja tidak hanya tergolong dalam prasangka popular dan anti
semitisme, tetapi juga dalam bidang filologi Timur yang Ilmiyah. Jika kita
melihat Renan dan Sacy kita akan segera melihat bagaimana regeneralisasi
kebudayaan yang dilakukan oleh keduanya mulai memperoleh pondasi pernyataan
Ilmiyah dan lingkungan kajian korektif.
Sebagaimana bidang-bidang akademis
lainnya pada fase-fase awal, orientalisme modern juga memperketat ruang lingkup
pembahasannya, yang sampai saat ini masih terpelihara dengan baik. Dari sinilah
bagaimana proses perbendaharaan kata “Barat” dan “Timur” menjadi berkembang.
D.
Peziarah dan Peziarahan: Inggris
dan Perancis
Ziarah merupakan aktifitas yang tak
pernah dilupakan oleh orang eropa yang hendak menelaah Timur. Mereka tak hanya
cukup mengkaji Timur dari Teks-teks imajinatif. Lebih dari itu, mereka harus
mengunjunginya, memotretnya, dan jika perlu mengurusnya secara konsisten. Dari
perziarahan ini, mereka menulis pengalaman-pengalaman pribadi mereka selama
berada ditimur. Dan seperti yang kita ketahui, tulisan pribadi itu yang
nantinya akan menjadi sejenis tulisan ilmiah yang bisa dikutip secara resmi oleh
mereka yang berkepentingan.
Namun demikian, setiap orang Eropa
yang menjelajah dan menetap ditimur
harus melindungi dirinya dari pengaruh-pengaruh luar yang bermunculan tiada
henti. Jika tidak, mereka akan gagal melahirkan tulisan-tulisan sensasional
tentang timur.
E. Kesimpulan
Para
oriental benar-benar dipublikasikan di dunia Eropa terutama melalui karya
sastra mereka. Tanah Oriental dan perilaku yang sangat romantis oleh para
penyair dan penulis Eropa dan kemudian dipresentasikan kepada dunia barat. Para
orientalis telah membuat panggung ketat untuk pemirsa Eropa, dan mengarahkan
disajikan kepada mereka dengan warna persepsi penulis orientalis atau lainnya.
Bahkan, tanah orientasi begitu sangat romantis bahwa penulis sastra barat
merasa perlu untuk menawarkan ziarah ke tanah ini eksotis cahaya matahari murni
dan samudra bersih untuk mengalami ketenangan pikiran, dan inspirasi untuk
tulisan mereka. Timur sekarang dirasakan oleh orientalis sebagai tempat budaya
manusia murni tanpa kejahatan yang diperlukan di masyarakat.Sebenarnya inilah
kemurnian oriental yang membuat mereka kalah dengan Eropa pintar, cerdas,
diplomatik, berpandangan jauh, dengan demikian itu hak mereka untuk memerintah
dan belajar seperti ras bersalah. Orang-orang Eropa mengatakan bahwa
orang-orang ini terlalu naif untuk berurusan dengan dunia yang kejam, dan bahwa
mereka membutuhkan peran kebapakan Eropa untuk membantu mereka.
Silvestre
de Sacy dan Ernest Renan bekerja dan memberikan orienatlism dimensi baru.
Bahkan, Edward Said pujian kontribusi yang dibuat oleh Sacy di lapangan. Dia
mengatakan Sacy yang mengorganisir semuanya dengan mengatur informasi
sedemikian rupa sehingga juga bermanfaat bagi orientalis masa depan. Dan kedua,
prasangka yang diwariskan oleh orientalis setiap adalah sangat rendah di dalam
dirinya. Di sisi lain, Renan yang mengambil keuntungan dari pekerjaan itu Sacy
itu sebagai bias seperti halnya orientalis sebelumnya. Dia percaya bahwa ilmu
orientalisme dan ilmu filologi memiliki hubungan yang sangat penting, dan
setelah Renan ide ini diberi perhatian banyak orientalis dan masa depan banyak
bekerja dari dalam lini.
Buchari, A. Mannan. Minyikap Tabir
Orientalisme. Jakarta: Amzah. 2006.
http\\:www.wikipedia.com
W. Said, Edwar. Orientalisme:
mengugat Hegemoni Barat dan Mendudukkan Timor Sebagai Subjek, Yogyakarta:
Pustaka Pelaja. 2010.
Terimakasih Anda telah membaca tulisan / artikel di atas tentang :
Judul: STRUKTUR DAN RESTRUTUR ORIENTALISME
Ditulis Oleh Unknown
Semoga informasi mengenai STRUKTUR DAN RESTRUTUR ORIENTALISME bisa memberikan manfaat bagi Anda. Jangan lupa Komentar Anda sangat dibutuhkan, di bawah ini.
Judul: STRUKTUR DAN RESTRUTUR ORIENTALISME
Ditulis Oleh Unknown
Semoga informasi mengenai STRUKTUR DAN RESTRUTUR ORIENTALISME bisa memberikan manfaat bagi Anda. Jangan lupa Komentar Anda sangat dibutuhkan, di bawah ini.
No comments:
Post a Comment