PENDAHULUAN
Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar
sebagai induk semang dari ilmu-ilmu. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang
berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia
secara tepat dan lebih memadai. Filsafat telah mengantarkan pada sebuah
fenomena adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan
menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang
secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan. Masing-masing cabang pada
tahap selanjutnya melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri
dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin
maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya
memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan yang
lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan
hakekatnya dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas
(konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan
dengan patokan-patokan serta tolok ukur yang mendasari kebenaran masing-masing
bidang.
Dalam kajian sejarah dapat dijelaskan bahwa
perjalanan manusia telah mengantarkan dalam berbagai fase kehidupan. Sejak zaman
kuno pertengahan dan modern sekarang ini, telah melahirkan sebuah cara pandang
terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya. Proses perkembangan dari
berbagai fase kehidupan primitip-klasik dan kuno menuju manusia modern telah
melahirkan lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman.
Disinilah pemikiran filosofis telah mengantarkan umat manusia dari mitologi
oriented pada satu arah menuju pola pikir ilmiah Oriented, perubahan dari pola
pikir mitosentris ke logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan.
A.
Definisi
Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003)
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.
Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan
faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya.
Secara garis besar menurut Notoatmodjo (2005) domain tingkat pengetahuan
(kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui, memahami,
menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf
pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik melalui
pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima dari orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kita definisikan
bahwa; Pengetahuan merupakan Hasil dari proses mencari tahu, dari yang
tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses
mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui
proses pendidikan maupun melalui pengalaman.
B.
Dasar-dasar Pengetahuan
Pengetahuan, merupakan segenap apa yang kita ketahui
pada suatu obyek Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan disamping pengetahuan tertentu. Khazanah kekayaan mental yang secara lain
misalnya seni, agama dan lain-lain. Langsung atau tidak Ilmu mencoba langsung turut memperkaya
kehidupan. Menaksirkan gejala alam dengan mencoba mencari penjelasan
tentang Ilmu. Ilmu mempunyai 2 buah
peran; metafisika dan akal berbagai kejadian sehat yang terdidik (educated
common sense). Dasar-dasar
pengetahuan meliputi:
- Pengalaman, segala sesuatu yang terjadi kepada manusia sebagai hasil interaksinya dengan alam nyata dan alam gaib(tak terlihat) atau dalam istilah agama disebut juga pengalaman spiritual.
- Memori, merupakan kelanjutan dari pengetahuan, sebab ingatan merupakan hasil dari pengalaman.
- Kesaksian, berfungsi untuk menguatkan atau meneguhkan suatu informasi dari para ahli yang memiliki otaritas dibidangnya untuk menentukan salah atau benar informasi yang dimaksud.
- Rasa Ingin Tahu, pengalaman yang menjadi pengetahuan seringkali berawal dari rasa ingi tahu seseorang terhadap sesuatu sehingga ia akan menyelidiki pengalamannya baik dengan bertanya atau cara lain untuk memberi jawaban atas rasa ingin tahunya.
- Logika, pertimbangan akal pikiran agar dapat berpikir secara lurus, tepat, dan sistematis, kemudian disampaikan dalam bahasa lisan atau tertulis.
- Bahasa, penalaran tanpa kemampuan berbahasa adalah penalaran yang antiklimaks, karena bahasa merupakan alat untuk menerjemahkan penalaran.
- Kebutuhan Hidup, semakin manusia membutuhkan sesuatu semakin kreatif manusia tersebut untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
C.
Sumber
Pengetahuan
Ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan,
diantaranya:
- Empirisme , menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman (empereikos = pengalaman). Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan cara mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal: John Locke (1632 – 1704), George Barkeley(1685 -1753) dan David Hume.
- Rasionalisme, Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta empiris. Tokohnya adalah Rene Descartes (1596 – 1650, Baruch Spinoza (1632 –1677) dan Gottried Leibniz (1646 –1716).
- Intuisi, dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-tiba tanpa melalui proses penalaran tertentu. Henry Bergson menganggap intuisi merupakan hasil dari evolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat personal. Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia intuisi merupakan kemampuan untuk mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati.
- Wahyu, pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hamba-Nya yang terpilih untuk menyampaikannya( Nabi dan Rosul). Melalui wahyu atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau ataupun tidak terjangkau olehmanusia. ¢ Menurut KBBI wahyu merupakan petunjuk dari Allah yg diturunkan hanya kepada para nabi dan rasul melalui mimpi dsb.
D.
Proses Memperoleh Pengetahuan
Proses terjadinya
pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi karena jawaban
terhadap terjadinya pengetahuan akan membuat seseorang paham filsafatnya. Terjadinya
pengetahuan dapat bersifat:
- a priori yang berarti pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indera maupun pengalaman batin.
- a posteriori pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman.
Dengan demikian pengetahuan
ini bertumpu pada kenyataan objektif.
Ada enam hal yang merupakan alat untuk mengetahui proses terjadinya pengetahuan menurut John Hospes, yaitu:
Ada enam hal yang merupakan alat untuk mengetahui proses terjadinya pengetahuan menurut John Hospes, yaitu:
1. Pengalaman
Indera (Sense Experience)
Dalam filsafat, paham yang
menekankan pada kenyataan disebut realisme, yaitu paham yang berpendapat bahwa
semua yang dapat diketahui adalah hanya kenyataan. Jadi ilmu berawal mula dari
kenyataan yang dalam diserap oleh indera. Aristoteles adalah tokoh yang pertama
mengemukakan pandangan ini, yang berpendapat bahwa ilmu terjadi bila subjek
diubah dibawah pengaruh objek. Objek masuk dalam diri subjek melalui persepsi
indera (sensasi).
2. Nalar
(Reason)
Nalar adalah salah satu
corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud
untuk mendapatkan pengetahuan baru.
3. Otoritas
(Authority)
Otoritas adalah kekuasaan
yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas
menjadi salah satu sumber ilmu karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui
seseorang yang memiliki kewibawaan dalam pengetahuannya. Jadi ilmu pengetahuan
yang terjadi karena adanya otoritas adalah ilmu yang terjadi melalui wibawa
seseorang hingga orang lain mempunyai pengetahuan.
4. Intuisi
(Intuition)
Intuisi adalah kemampuan
yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan tanpa suatu rangsangan
atau stimulus yang mampu membuat pernyataan yang berupa ilmu. Karena ilmu yang
diperoleh melalui intuisi muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu, maka
tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan.
5. Wahyu
(Revelation)
Wahyu adalah berita yang
disampaikan oleh Tuhan kepada nabi-Nya untuk kepentingan umatnya. Seseorang
yang mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan
dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan,
karena manusia mengenal sesuatu melalui kepercayaannya.
6. Keyakinan
(Faith)
Keyakinan adalah suatu
kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.
Sesungguhnya antara wahyu dan keyakinan hampir tidak dapat dibedakan karena
keduanya menggunakan kepercayaan, perbedaannya adalah bahwa keyakinan terhadap
wahyu yang secara dogmatic diikutinya adalah peraturan berupa agama, sedang
keyakinan adalah kemampuan jiwa manusia yang merupakan pematangan (maturation)
dari kepercayaan.
E.
Kesimpulan
- Pengetahuan memungkin untuk diperoleh melalui proses pengalaman, nalar, otoritas, intuisi, wahyu, dan karena adanya sebuah keyakinan.
- Ada beberapa teori yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan kebenaran pengetahuan yang benar, yaitu teori koherensi, teori korespondensi, dan teori pragmatis.
- Struktur dalam pengetahuan ilmiah meliputi asumsi, hipotesa, prinsip, teori, hukum, dan aksioma/postulat.
Referensi
Hum, D. S. (2012). Filsafat Ilmu.
Dalam Konsep, sejarah, dan pengembangan metode ilmiah.
Yogyakarta: CAPS.
http://www.slideshare.net/ihsandalton/dasardasar-pengetahuan
Miska, Muhammad Amin. 1993. Epistemologi Islam.
Jakarta : UI Press.
Terimakasih Anda telah membaca tulisan / artikel di atas tentang :
Judul: METODE UNTUK MEMPEROLEH PENGETAHUAN
Ditulis Oleh Unknown
Semoga informasi mengenai METODE UNTUK MEMPEROLEH PENGETAHUAN bisa memberikan manfaat bagi Anda. Jangan lupa Komentar Anda sangat dibutuhkan, di bawah ini.
Judul: METODE UNTUK MEMPEROLEH PENGETAHUAN
Ditulis Oleh Unknown
Semoga informasi mengenai METODE UNTUK MEMPEROLEH PENGETAHUAN bisa memberikan manfaat bagi Anda. Jangan lupa Komentar Anda sangat dibutuhkan, di bawah ini.
No comments:
Post a Comment