Nov 21, 2015

KRITIK ATAS MODERNISME (SEBUAH TIPOLOGI DAN WACANA PEMIKIRAN TRANSFORMATIF ERA 80AN)

A.    Modernisme Barat
Kalau kita lihat dalam sejarah kemodernan barat, ada semacam perjuangan gerakan kebangkitan untuk memperbaiki agama pada abad pertengahan oleh sejumlah pejuang kemanusiaan yakni para filosof. Akan tetapi dalam perkembangan sejarahnya, barat berupaya untuk menghapus sisi-sisi sebab dari keberhasilannya, yakni sebab tersebut adalah mempelajari segala pengetahuan dari para sarjana muslim. Maka dari itu tentu saja posisi yang dipegangi oleh barat terhadap pertumbuhannya yang khas ini memiliki pengaruh yang sangat dholim terhadap konsep sejarah bagi peradaban Islam. Akibatnya adalah bahwa hingga masa kini, sedikit sekali pemikir dan ilmuwan arab muslim yang dirujuk.
Jika orang ingin berupaya untuk memahami kaitan antara Islam dan modernism maka tentu saja ia harus mengetahui modernism secara mendasar, dan bukanlah mengetahui modernism dalam kacamata barat. Karena pada hakikatnya modernism pada awalnya tumbuh di dunia Arab. Para sejarawan jika ingin merujuk kepada rentetan perkembangan pemikirannya, ia hanya mengambil garis lurus kepada Yunani-Romawi dan kitab suci atau Bible dan langsung menuju Barat, yang mana sudah pasti telah melampaui periode historis abad ke-7 dan 8 yang mana pada waktu itu dunia timur tengah atau Islam yang jauh lebih berperan.
Dari praktek-praktek tersebutlah muncullah kebencian-kebencian terhadap Arab-Muslim, yang mana pihak Barat hanya mengungkap modernism yang aktif tersebut hanya dilihat dari aspek sejarah mereka saja. Sehingga muncullah pertentangan-pertentangan dialog dari pihak Arab-Muslim khususnya di Aljazair, yang menyatakan bahwa sesungguhnya gerakan modernism barat pada dasarnya berasal dari kiprah para sarjana muslim pada zaman kejayaan islam. Mereka juga mengataka bahwa ideology-ideologi Barat seperti benih revolusi sosial di Perancis, dan benih demokrasi sesungguhnya telah teralisasi lebih dahulu dalam kaidah-kaidah sejarah umat muslim yang diusung pada zaman sahabat dan seterusnya.

B.     Modernisme Islam
Pada hakikatnya pembaruan-pembaruan yang dimiliki oleh barat ini diawali dari keadaan yang terpuruk, meneliti dan bangkit, ilmu etnosentris pastinya dapat membedakannya yakni manakala mereka masih bersifat primitive sampai menuju perkembangannya yang pesat. Demikian pula hal tersebut telah dialami oleh kaum Arab terdahulu, dari zaman kejahiliyahan menuju keemasan berkat beberapa faktor pendukung. Jika isyarat-isyarat tersebut memanglah benar, maka tak dapat tidak kita mesti mengakui bahwa modernism layak dinyatakan sebagai tahapan Islam-Arab sebagaimana ia juga merupakan tahapan Kristen-Barat.
Sehingga perlu dari sebagian pemikir kita untuk meluruskan pemaknaan dari modernism itu sendiri, karena faktanya maodernisme itu ada yang bersifat pemikiran dan ada juga yang bersifat materialism seperti majunya industrialisme. Arkoun juga memberikan pandangan bahwa modernism material adalah kegiatan perbaikan-perbaika yang memasuki kerangka eksternal eksistensi manusia. Sedangkan modernism pemikiran adalah mencakup metode, atau alata berfikir dan sikap rasional yang mempercayai rasionalitas yang lebih sesuai dengan realitas.
Gerakan moderenisme atau pembaharuan islam hanya salah satu potret wajah Indonesia pada permulaan abad ke-20. Karena priode ini secara umum sering disebut zaman bergerak atau era kebangkitan Nasional. Sebagaiman yang dikatakan oleh (Federspiel,) dinamika itu merupakan respon kreatif dan aspresiasi terhadap budaya local (tradisi), konsen aqidah dan amaliah islam (islam ortodok) dan akomodasi ilmu dan teknologi modern. Hamper seluruh organisasi dan gerakan islam (kaum santri) menekankan ortodoksi islam, sedangkan kaum ‘nasonalis’ (abangan) terbelah kedalam dua orientasi budaya: tradisional dan kemodernan.
 
C.    Postmodernisme
Postmodernisme adalah faham yang berkembang setelah era modern dengan modernisme-nya. Postmodernisme bukanlah faham tunggal sebuat teori, namun justru menghargai teori-teori yang bertebaran dan sulit dicari titik temu yang tunggal. Banyak tokoh-tokoh yang memberikan arti postmodernisme sebagai kelanjutan dari modernisme. Namun kelanjutan itu menjadi sangat beragam.
Postmodernisme seiring berjalannnya waktu dianggap sebagai suatu aliran pemikiran yang itu menjadi paradigma baru sebagai antitesis akan modernisme yang dinilai gagak mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur dalam kehidupan bermasyarakat itu sendiri.
Postmodernis muncul karena dilatar belakangi oleh kegagalan aliran modernis dalam menciptakan kesejahteraan melalui teknologi, sains,dan lain-lain. Aliran ini mengandung kritik tajam atas semua jenis epistimologi. Menurut postmodernisme, tidak ada satu hal yang bersifat permanen dan universal.

D.    Neo-Modernisme Islam
Neo-modernisme islam adalah tidak lain dari modenisme islam plus metodologi yang mantab dan benar untuk memahami Al-Qur’an dan Assunnah Nabi dalam prespektif sosio-historis.
Dengan demikian, neo modernism islam di satu sisi merupakan kritik atas islam modernis terutama berkaitan dengan keenganannya memanfaatkan khasanah budaya lokal. Di sisi lain, ia merupakan usaha revitalisasi islam modernis. Apabilah islam modernism mau dan mampu meramu khasanah klasik dan kearifan loka (budaya local) dalam semangat rasionalitas, tentu akan menjadi kekuatan islam yang sesungguhnya.
Pergerakan islam saat ini bisa didiskripsikan sebagai menjadi dua pola perkembangan/ pemikiran pokok yang pertama islam tradisional dan islam moderns. Islam tradisional melahirkan islam neotradisional dan tradisionalisme radikal. Karena ketidak puasan terhadap islam tradisional dan neo tradisional maka munculah antitesa dari keduanya yaitu islam posttradisionalisme. Noe-tradisionalisme = islam liberal. Sedangkan islam modern melahirkan tiga pemikiran yaitu neo-modernis, islam transformative dan fundamentalis salafi. Neomodernisme = islam liberal perkawinan keduanya akan menghsilakan sekolerisme. Neomodernisme juga melahirkan islam pos-puritanisme. Islam transformative atau bisa juga disebut islam puritan. Karena perkembangannya islam puritan tidak bias menjawab tantangan zaman maka muncullah / melahirkan antitesa yaitu islam pos-puritanisme. Islam fundamentalisme melahirkan neo-fundamentalisme islam (ada dua golongan : adabtif dan ortodoks; akan muncul kekerasan atas nama agama).
Jadi dari rahim islam tradisionalisme lahairlah islam neo-tradisionalisme (pembaharuan tradisi, yaitu sebuah usaha pembaharuan yang menggunakan tradisi sebagai pintu masuknya. Dengan cara mengkemas menjadi sebuah potensi yang dapat mendorng kemajuan), yang dipelopori oleh gus dur dkk. Dan tradisonalisme radikal yang didukung oleh sejumlah kyai pesantren. Neo-Tradisionalisme membuka jalan bagi munculnya post-tradisionlalisme islam, sedangkan tradisionalaisme radikal menumbuhkan corak keagamaan neo-tradisionalisme radikal sebagi antitesa post-tradisionlisme islam.
Di sisi lain, dalam tubuh islam modern juga muncul atau berkembang beragam pemikiran yang secara garis besarnya dapat dipetakan menjadi tiga yaitu Neo-Modernisme, ahmad syafi’I maarif.  islam transformative ( islam kiri), moeslim Abdurrahman dan islam salafi radikal ( bercorak islam puritan). Neo modernism islam dan islam transformative melahirkan generasi islam liberal yang corak pemikirannya bercorak post-puritanisme (semangat untuk mengkritisi dan menyegarkan kembali proses purifikasi dan dinamisasi yang dilakukan oleh moderenisme islam awal. Ada sebuah usaha untuk melihat permasalahan tradisi dan budaya lokal melalui kultur bukan pendekatan aqidah) pendekatan, dan salafi radikal memunculkan neo salafiah. Kemunculan islam liberal banya ditentang dan memperoleh perlawanan yang gigih dari kaum neo-tradisionalisme radikal dan neo-salafiah radikal karena dalam pandangan mereka, usaha liberalisasi pemikiran dapat merusak islam itu sendiri.

E.     Karakteristik Pemikiran Barat (Neo-Modernisme)
Dari akar pemikiran barat di atas maka dapat ditarik garis merah bahwa karakteristik pemikiran barat adalah sebagai berikut :
  1.   Mempunyai Kecendrungan Sekularis-Rasional, Bukan Religius-Tekstual
  2. lebih condong dekat ke empirisisme, rasionalisme, realisme, materialistis, membangun peradaban dan menyebarkan risalah dunia (Alexandria).
  3. Bahasa pemikiran barat adalah bahasa rasional murni, jelas, dan mudah dipahami dari kandungan bahasanya
  4. pembentukan adalah segala-galanya,. Karenanya di dalam kesadaran Eropa proses lebih dominan dari pada wujud, perubahan lebih dominan dari pada ketetapan, realitas lebih dominan dari pada ideal
  5.  Menggunakan konsep kebebasan berfikir dan memisahkan antara sosialisme dengan agama
  6.   Ilmu adalah value-free (bebas nilai)
  7. Yahudi dan Kristen Sebegai akar pemikiran barat menyimpan rasa (motif) permusuhan dengan umat Islam.
 F.     Kritik Atas Modernisme
Peradaban barat, menurut pemikir muslim yang terkenal asal india, Abul Hasan Ali An-Nadwi, adalah kelanjutan peradaban yunani dan romawi yang telah mewariskan kebudayaan politik, pemikiran, dan kebudayaan. Kebudayaan yunani yang menjadi inti kebudayaan barat, memiliki sejumlah “keistimewaan”, yaitu: (1) kepercyaan yang berlebihan terhadap kemampuan panca indera dengan meremehkan hal-hal yang di luar panca indera, (2) kelangkaan rasa keagamaan dan kerohanian, (3) sangat menjunjung tinggi kehidupan duniawi dan menaruh perhatian yang berkelebihan terhadap mamfaat dfan kenikmatan hidup, dan (4) memiliki kebanggaan “patriotism”. Semua itu dapat diringkas dalam satu kata, “materialism”. Peradaban romawi yang menggantikan peradaban yunani memiliki keunggulan dalam hal kekuatan, tata pemerintahan, luasnya wilayah, dan sifat-sifat kemiliteran. Romawi kemudian mewarisi peradaban yunani sampai ke akar-akarnya, sehingga bangsa romawi tidak lagi beda dengan bangsa yunani dalam karakteristik dasar. Keduanya memiliki kesamaan besar: mengagungkan hal duniawi, skeptik terhadap agama, lemah iman, merehkan ajaran dan praktek keagamaan, fanatik kebangsaan, serta patriotism yang berlebihan. Sejak semula mereka telah mengembangkan paham sekuralisme yang menganggap tuhan tidak berhak memasuki urusan politik maupun urusan keduniaan lainya.
Muahammad Asad (Leopold Weiss) mencatat, peradaban barat modern hanya mengakui penyerahan manusia kepada tuntutan-tuntutan ekonomi, sosial, dan kebangsaan. Tuhan mereka yang sebenarnya bukanlah kebahagiaan spiritual melainkan keenakan, kenimatan duniawi. Mereka mewarisi watak nafsu untuk berkuasa dari peradaban romawi kuno. Konsep “keadilan” bagi romawi, adalah “keadilan” bagi orang-orang romawi saja. Sikap semacam itu hanya mungkin terjadi dalam peradaban yang berdasarkan pada konsepsi hidup yang sama sekali materealistik. Asad menilai, sumbangan agama Kristen terhadap peradaban barat sangatlah kecil. Bahkan saripati peradaban barat itu sendiri sebenarnya irreligious.
Sayyid Qutb juga dikenal sangat kritis terhadap barat, terutama setelah berkunjung ke Amerika tahun 1948-1950. Disana Qutb belajar tentang metode pendidiksn barat (western methods of education). Pengalamanya yang lebih dua tahun di Amerika itu, tampaknya menjadi “titik baik” yang penting dalam hidupnya. Ia kemudian menjadi kritikus barat yang ingin dan sekembalinya ke Mesir pada 1952, ia bergabung dengan alikhwanul muslim. Qutb juga sangat dikenal sangat menekankan bahaya perang pemikiran. Dia menulis, 

“para pendjajah dewasa ini tidak mengalahkan kitka dengan senjata dan kekuatan, tetapi melalui orang-orang kita yang telah terjajah juwa dan fikirannya. Kita dikalahkan oleh dampak yang ditinggalkan oleh para imperialis pada departemen pendidikan dan pengajaran, juga di pers serta buku-buku. Kita kalah oleh pena-pena yang tenggelam dalam tintah kehinaan dan jiwa yang kerdil, sehingga pena-pena itu  hanya bangga jika menulis tentang para pembesar prancis, inggris dan amerika.”

Kritik-kritik para sarjana Muslim terkenal itu dikemukakan jauh sebelum perang dingin usai, dimana secara politis, dunia barat masih melakukan kerjasama dengan Negara-negara muslim untuk menghadapi musuh utama mereka, yaitu komunisme. Mereka melakukan kajian terhadap peradaban barat bukan karena kepentingan politik tetapi berusaha menyelami hakekat peradaban antara peradaban islam dan barat. Diantara mereka muncul cendikiawan terkemuka kelahiran Bogor Jawa Barat, bernama Syed Muhammadd Naquib al-attas. Dia mengungkapkan pandangan yang lebih sistematis, filosofis, dan mendasar tentang barat. Ia mengungkapkan, karena adanya perbedaan yang sangat fundamental antara peradaban barat dan peradaban islam, makan apa yang sesungguhnya terjadi disebutnya sebagai satu kondisi “ permanent confrontatioan” (konfrintasi permanen) atau konpik abadi.
Al-Attas menghimbau agas kaum muslimin tidak alpa dan terlena dalam mengemban tugasnya sebagi umat islam. Umat islam tidak seharusnya secara bulat-bulat menerima dan mengharapkan yang sia-sia bantuan dan kerjasama serta persahabatan yang ikhlas dari yang lain. Ia mengajak umat islam merenungkan makna firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 120;

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”

Diingatkan pula oleh Al-Attas dengan  yang bahasa lugas

“Bukankah dizaman kita ini pun jelas bahwa orang-orang yahudi dan Kristen (yang keduanya menjelmakan sifat asasi kebudayaan barat) memang tidak rela menerima baik seruan islam dan kaum muslimin, melainkan kita jua dikehendaki mereka mengikuti cara agamanya?—menganut sikap hidup yang berdasarkan semata-mata keutamaan, kebendaan, kenegaraan dan keduniawian.

Dan agama dijadikanya hanya sebagai alat bagi melayani hawa nafsu. Bukankah ilmu yang sebenarnya sudah sampai kepada kita? Maka mengapa pula kita membiarkan sahaj nasib umat kita dipimpin oleh pemimpin-pemimpin politik, kebudayaan dan ilmu pengetahuan dan juga ulama yang lemah dan palsu yang sebenarnya tiada sadar bahwa mereka sedang mengotori hawa nafsu kebudayaan barat.
Mereka membayangi kebudayaan barat dalam cara berfikir, dalam sikap beragama, dalam memahami nilai-nilai kebudayaan dan mengelirukan faham serta tujuan ilmu. Kepada kebudyaan baratkah akan kita berlindung, akan kita memohon pertolongan, yang akan mencegah tindak balasan Allah kelak? Waspadalh saudarahku muslimin sekalian”
Saat ini, metode-metode filsafat bukan hanya digunakan untuk pengembangan ilmu-ilmu eksakta, tetapi ia juga digunakan sebagai pisau analisis untuk mengkaji berbagai cabang keilmuan lainnya, termasuk berbagai studi tentang agama. Inilah yang dilakukan oleh para orientalis dalam setiap kajian mereka tentang masyarakat timur, baik yang berkenaan dengan budaya maupun agama. Satu hal yang cukup berbahaya serta menodai objektivitas ilmu adalah ketika studi yang dikembangkan ini tidak hanya bertujuan untuk berkhidmah pada ilmu, tetapi telah disusupi kepentingan politik seperti imperialisme dan kolonialisme. Oleh sebab itu, seluruh cabang ilmu pengetahua yang berhasil mereka kembangkan, digunakan untuk mempelajari masyarakat Timur, tetapi bukan untuk mensejahterakan mereka.  Ia digunakan untuk mencaplok mereka, baik dengan kekuatan militer maupun ideologi. Akibat dari upaya-paya tersebut, masyarakat Barat bukan hanya menjual produk-produk iptek, tetapi juga mereka “mendakwahkan” kultur (bahkan agama) yang mereka peluk. Akibatnya, masyarakat Timur bukan hanya mengkonsumsi produk teknologi, tetapi juga harus menelan pil pait kultur Barat yang bertentangan dnegan kultur Timur, bahkan merasa bangga mengikuti Barat secara membabi buta.Di antara pemikiran Barat yang saat ini dicangkokkan ke dalam pemikiran keagamaan (baca: Islam) adalah liberalisasi pemikiran, teologi inklusivisme, pluralisme, sekularisme, materialisme, Marxisme, kapitalisme dan lain sebagainya.
Pada dasarnya, ketika buah pemikiran Barat modern tersebut dibawa ke dalam Islam, ia dapat menjadi unsur positif yang sangat bermanfaat untuk pengembangan studi Islam, tetapi pada waktu yang bersamaan ia juga dapat menjadi penyakit berbahaya. Terdapat banyak hal positif yang dapat kita ambil dari metode pemikiran Barat modern, tetapi juga terdapat duri yang (jika kita ingin) selamat, maka duri tersebut harus kita singkirkan dan setelah durinya tersingkir, kita bisa menikmati dagingnya tanpa was-was tertusuk duri.
Dengan kata lain, mengingat metode-metode tersebut lahir di Barat yang memiliki kultur dan pandangan hidup yang berbeda dengan Islam, maka Islam harus dijadikan sebagai “sabun” pembersih duri agar produk pemikiran Barat tersebut steril. Yang  jadi persoalan kita adalah ketika produk Barat kita ekspor dan kita telan mentah-mentah tanpa melihat kondisi kita sebagai masyarakat Timur Muslim, padahal saat masyarakat Eropa mengambil metode pengembangan ilmu dari Islam, mereka juga tidak menelannya mentah-mentah.
Oleh sebab itu, jika kita sudah mensterilkan metode Barat dari warna Barat, maka hasil studi mereka tentang agama dan masyarakat dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperkaya khazanah Islam. Hal seperti inilah yang telah dilakukan oleh beberapa orientalis yang objektif ketika mereka mengkaji Islam. Mereka dapat menghasilkan karya tentang Islam, padahal umat Islam sendiri belum mencapai kesana. Selain itu, tidak akan ada pertentangan lagi antara studi Islam hasil kajian orientalis dengan hasil umat Islam. Yang akan bermasalah adalah ketika hasil kajian orientalis didompleng oleh kepentingan Kristenisasi atau kolonialiasi. Oleh sebab itu, ketika di Barat berbicara tentang kebebasan, maka kita dapat menerapkan kebebasan Barat dengan ukuran al-Quran. Demikian pula ketika kita melihat isu-isu HAM, demokratisasi, pluralisasi dan lain sebagainya.

Referensi

Zuly Qodir. Pembaharuan Pemikiran Islam.
http//www. Cecep Taufikurrohman . Aliran Pemikiran Modern Dan Pengaruhnya Terhadap Studi Islam
Al-attas. 2001, Risalah Untuk Kaum Muslimin, kuala lumpur; ISTAC
Terimakasih Anda telah membaca tulisan / artikel di atas tentang :
Judul: KRITIK ATAS MODERNISME (SEBUAH TIPOLOGI DAN WACANA PEMIKIRAN TRANSFORMATIF ERA 80AN)
Ditulis Oleh Unknown
Semoga informasi mengenai KRITIK ATAS MODERNISME (SEBUAH TIPOLOGI DAN WACANA PEMIKIRAN TRANSFORMATIF ERA 80AN) bisa memberikan manfaat bagi Anda. Jangan lupa Komentar Anda sangat dibutuhkan, di bawah ini.

No comments:

Post a Comment